Arti Kehadiran Seorang Ibu

Arti Kehadiran Seorang Ibu
Senin, 17 Januari 05 - oleh : admin
Oleh: Nurhayati Subakat *

Setelah bekerja beberapa lama di sebuah perusahaan kosmetika, akhirnya saya memutuskan untuk mengembangkan usaha di rumah. Motivasi terkuat karena saya melihat ketiga anak saya sangat membutuhkan kehadiran saya di rumah.

Belasan tahun lalu, anak kedua saya yang saat itu masih duduk di bangku SD menanyakan mengapa saya masih bekerja di luar untuk mencari uang. “Apakah uang dari Bapak tidak cukup?” tanyanya. Saya menjelaskan bahwa bapak bisa mencukupi semua keperluan keluarga. Namun, uang yang saya dapat dengan bekerja bisa digunakan untuk membantu orang lain. Iapun berujar,”Tetangga kita yang rumahnya ‘pendek’ saja ibunya tidak bekerja.” Anak saya menyebut rumah ‘pendek’ lantaran rumah tetangga kami tidak bertingkat seperti kami. Kehidupan kami saat itu memang sudah cukup mapan.

Percakapan itu terus membekas dalam benak saya. Agaknya kehadiran saya sangat penting untuk mereka. Saya kemudian menyadari bahwa yang pertama kali dicari seorang anak ketika pulang dari sekolah atau bermain adalah ibunya. Keberadaan seorang ibu di rumah membuat anak-anak merasa nyaman dan aman. Mereka merasa terlindungi dan selalu merasa ada sosok tempat mereka bisa berlari menceritakan hari-hari mereka dan segala keluh kesah setiap saat. Perasaan ini tak mereka dapatkan bila sang ibu bekerja di luar. Akhirnya dengan sadar saya memutuskan untuk berhenti bekerja di luar. Waktu saya adalah untuk mendampingi anak-anak.

Selain mengurus rumah tangga, saya merasa banyak waktu luang. Saya bukan tipe orang yang suka santai. Dari situ timbullah ide untuk menjalankan bisnis yang bisa dijalankan dari rumah. Pengetahuan yang saya dapat dari bangku kuliah dan juga pengalaman bekerja sebelumnya merupakan modal untuk mengembangkan usaha ini. Dengan keseriusan dan keinginan untuk maju, usaha saya berkembang pesat sampai seperti sekarang ini. Berawal dari usaha yang saya jalankan bersama seorang pembantu, sekarang ada ratusan orang yang bekerja di sini. Alhamdulillah.

Betapa saya mensyukuri semua itu. Dengan menjalankan bisnis dari rumah, saya bisa terus bersama anak-anak. Ketika ada sesuatu hal yang ingin mereka ungkapkan, mereka tinggal menemui saya di meja kerja saya di sudut rumah. Ketika saya harus pergi keluar, dalam rangka usaha ini juga, saya usahakan untuk pergi setelah anak-anak berangkat sekolah dan kembali sebelum anak-anak pulang. Jadi, saya selalu ada untuk mereka.

Dalam mendidik anak, saya merasa tak harus banyak memberi nasehat. Yang penting adalah contoh orangtua pada anak-anaknya. Kalau kita hidup sesuai dengan ajaran agama, otomatis anak itu akan meniru.

Alhamdulillah, prestasi mereka juga sangat bagus. Ketiganya masuk sekolah unggulan di Jakarta, begitupun saat kuliah. Pergaulan mereka tak sampai menyeret mereka pada penggunaan narkoba. Sungguh, saya kuatir ini menimpa anak-anak saya. Alhamdulillah, mereka mampu melampaui semua godaan itu dengan baik. Sekarang dua anak saya telah berkeluarga, sementara si bungsu masih kuliah. Sayapun sudah jadi seorang nenek dari seorang cucu. Dan saya tetap berkarya dari rumah.

Bagi perempuan, usaha rumahan ini sangat cocok. Karena dengan itu, ia mampu mengatur waktu antara mengurus rumah tangga dan usaha. Selain itu, saya pikir, sekecil apapun, perempuan itu harus punya usaha. Kalau sesuatu terjadi pada suami, kita tak akan terlunta-lunta lantaran tak punya sumber penghasilan.

* Pengusaha Kosmetika Wardah dan Zahra, Ketua Alisa Khadijah DKI Jakarta
sumber : http://www.ummigroup.co.id/?pilih=lihat&id=14

Komentar